Selasa, 09 Juni 2009

Kerangka Ekonomi Makro 2010

Yenny Sucipto

Pertumbuhan Ekonomi Makro
Pertumbuhan ekonomi semester I 2008 adalah 6,2% dan tahun 2009 tidak jauh beda hanya diperkirakan sebesar 6,2%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2010 diperkirakan tidak akan dapat lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, yang diperkirakan sebesar 5 – 6%.
Meskipun perekonomian dunia diperkikan akan memperlihatkan perkembangan yang optimistik, akan tetapi ancaman ketidakpastian perekonomian dunia masih membayangi perkembangan dalam negeri. Tingginya tingkat bunga di luar negeri akibat penerapan kebijakan moneter uang ketat di Amerika Serikat mengakibatkan tindakan antisipatif dari pemerintah Indonesia dan Bank Indonesia. Didukung dengan fakta bahwa investasi di Indonesia masih dianggap mempunyai resiko yang cukup besar antara tingkat bunga Indonesia dengan The Fed.
Laju Inflasi
Perekonomian Indonesia menunjukkan kecenderungan mengalami perlambatan, itu terlihat sejak tahun 2006. Dan melambatnya laju pertumbuhan ekonomi global sangat terlihat dalam semester I tahun 2008, yang antara lain disebabkan oleh terus meningkatnya harga minyak mentah di pasar dunia telah mendorong dilakukannya kegiatan diverswifikasi energi berbasis sumber-sumber energi terbarukan. Hal ini menyebabkan permintaan terhadap bahan-bahan baku bio-fuel, seperti jagung, Crude Palm Oil (CPO), tebu/gula, melonjak. Lonjakan permintaan ini menyebabkan naiknya harga komiditi-komiditi tersebut di pasar global. Dan berdampak pada harga pangan dunia ikut melonjak dan telah mengakibatkan mengakibatkan tekanan inflasi pangan.
Berdasarkan laporan Semester I 2008, tingginya tingkat inflasi mencapai 7,3% dari januari – juni 2008. Jika dilihat berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi kumulatif tertinggi terjadi pada kelompok pengeluaran untuk bahan makanan sebesar 10,4%; diikuti oleh kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 9,7%; kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 7%; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 6%; kelompok kesehatan sebesar 5%; Kelompok sandang 3,8%; dan kelompok pendidikan dan olah raga sebesar 1,9%
Laju inflasi tahun 2010 akan lebih baik dibandingkan tahun sebelum, jika memang laju inflasi yang diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2009 dan hal ini akan mendorong konsumsi rumah tangga. Inflasi yang rendah akan membuka ruang bagi Bank Indonesia untuk menurunkan tingkat bunga dan kemungkinan akan mendorong pada investasi lebih tinggi. Namun gejolak harga di pasar komoditi Internasional, serta tingginya harga minyak mentah dunia memang diperkirakan akan tetap memberikan tekanan terhadap inflasi dalam negeri.
Nilai Tukar Rupiah
Proyeksi dalam tahun 2010, nilai tukar rupiah diperkirakan rata-rat sebesar Rp 9.500 – Rp 10.500 per US$. Penguatan nilai tukar rupiah pada level sekitar Rp 9.500-an masih dibawah nilai normal (undervalued). Suatu mata uang yang undervalued akan cenderung menguat samapai ketingkat nilai wajarnya. Berbagai faktor eksternal dan domestik yang akan mempengaruhi fluktuasi yang terjadi pada nilai tukar rupiah antara lain: perssistensi tingginya harga minyak dunia yang akan mendorong meningkatnya volume pembelian valuta asing oleh korporasi, antisipasi pelaku pasar terhadap tingginya inflasi sebagai dampak lanjutan kenaikan harga BBM di kemudian harinya serta kenaikan pangan dan tambang dunia yang akan menimbulkan sentimen negatif terhadap rupiah, kemudian imbas dari tekanan depreasiasi pada mata uang regional.
Suku Bunga SBI 3 Bulan
Dalam tahun 2010, sejalan dengan perkiraan laju inflasi, nilai tukar rupiah, dan kebijakan moneter, suku bunga SBI 3 bulan diperkirakan mengalami penurunan sebesar 6,0 -7,0 lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2009. Pada Juni 2008 yang lalu, Bank Indonesia melaksanakan kebijakan moneter yang lebih ketat dengan kembali menaikkan suku bunga BI rate 25 bps menjadi 8,5% kemudian pada tahun 2009 kembali turun diperkirakan menjadi 7,5%. Di tengah ancaman inflasi global, The Fed telah melakukan kebijakan penurunan suku bunga The Fed (Fed Rate/FFR) yang dimaksudkan untuk menstabilkan pasar keuangan karena krisis suprime loan. Tercatatat, sepanjang semester I 2008, The Fed telah empat kali menurunkan tingkat suku bunga yakni pada 22 januari, 30 anuari, 18 maret dan 30 April 2008. Pada 30 april 2008 the Fed menurunkan suku bunganya pada posisi 2% dan bertahan hingga saat ini.
Harga Minyak Mentah Internasional
Harga minyak mentah Indonesia (ICP) tahun 2010 diperkirakan rata-rata sekitar 45 -60 US$/barel atau lebih rendah dari perkiraan tahun 2009 yang mencapai 80 US$/barel. Berdasrkan Laporan Semester I 2008, periode januari – juni 2008 harga ICP mencapai US$ 109,4/barel, meningkat 73,8% dari harga periode yang sama di tahun 2007 sebesar US$ 62,9/barel. Sedangkan untuk penerimaan negara, digunakan harga rat-rata ICP pada periode Desember 2007 – Mei 2008 sebesar US$ 102,6/barel, meningkat 63,9% dari harganya pada periode yang sama di tahun 2007 sebesar US$ 62,5%/barel.

Lifting Minyak
Tingkat produksi minyak mentah Indonesia merupakan angka yang didasarkan pada kuota OPEC dan kapasitas tingkat produksi minyak Indonesia. Dalam tahun 2010 diproyeksikan tingkat produksi minyak mentah Indonesia diperkirakan sekitar 0,950 -0,970 juta barel/hari atau sama dengan perkiraan pada tahun 2009.
Berdasarkan laporan semester I 2008, realisasi rata-rata volume lifting minyak Indonesia untuk tahun 2007 mencapai 0,899 juta barel/hari, lebih rendah dari asumsi dalam APBNP 2007 sebesar 0,950 juta barel/hari. Pada periode januari – Juni 2008 realisasi lifting minyak mencapai 0,924 juta barel/hari. Sedangkan besaran lifting periode Desember 2007 – Mei 2008 yang digunakan sebagai dasar penghitungan penerimaan negara mencapai 0,925 juta barel/hari, sedikit lebih rendah dari asumsi lifting dalam APBNP 2008 yaitu 0,927 juta barel/hari.
Terus menurunnya lifting minyak mentah dan tidak adanya kenaikan produksi migas hingga proyek tahun 2010, dengan suatu alasan bahwa sehubungan dengan penurunan produksi secara alamiah (natural decline) pada beberapa sumur-sumur produksi yang sudah tua, kegiatan investasi bidang perminyakan yang belum mampu meningkatkan produksi minyak. Sebanyak 5.000 dari total 13.824 sumur tua diproyeksikan akan menghasilkan 5.000 sampai dengan 12.000 barel/hari dengan dikeluarkannya Permen ESDM no 1 tahun 2008 untuk melakukan revitalisasi pemanfaatan sumur tua. Terkait dengan produksi minyak baru, Exxon mobil yang menguasai lapangan minyak di Blok Cepu telah beroperasi sejak penghujung tahun 2008 dengan kapasitas awal sekitar 10.000barel/hari dan produksi lapangan minyak diperkirakan mencapai puncaknya pada tahun 2010 – 2011 dengan menghasilkan 165.000-185.000 barel/hari. Dan dalam rangka meningkat produksi minyak, menurut laporan semester I 2008 bahwa pemerintah telah memberikan fasilitas fiskal untuk eksplorasi minyak bumi.
Arah Kebijakan Tahun 2010
Arah kebijakan tahun 2010 masih tetap tidak beranjak dari gaya lama yang masih kental dengan garis kebijakan IMF. Ini tercermin dari beberapa usaha pemerintah dalam memperbesar jumlah pendapatan negara dengan terus menggali penerimaan Negara melalui peningkatan penerimaan pajak dalam negeri melalui langkah-langkah intensifikasi dan ekstensifikasi perpajakan untuk meningkatkan tingkat pemungutan pajak serta mengeluarkan kebijakan insentif perpajakan dengan alasan untuk mendukung program stimulus fiskal dan pembangunan nasional, penjualan aset BUMN, dan tidak melupakan tradisi lamanya yaitu membuat utang baru dari luar negeri, termasuk menerbitkan obligasi (Surat Berharga Negara) dalam maupun luar negeri dan mempersiapkan penarikan pinjaman siaga. Dan lagi-lagi pendanaan dari utang akan diupayakan melalui pinjaman program lembaga keuangan international, seperti Bank Dunia dan Asian Development Bank (ADB dan donor bilateral.
Sejalan dengan tema pembangunan nasional yaitu ”Pemulihan Perekonomian Nasional dan Pemeliharaan Kesejahteraan Rakyat”, kebijakan alokasi anggaran belanja pemerintah pusat dalam tahun 2010 diarahkan kepada pemeliharaan kesejahteraan rakyat, serta penataan kelembagaan dan pelaksanaan sistem perlindungan sosial; peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia; pemantapan reformasi birokrasi dan hukum, serta pemantapan demokrasi dan keamanan nasional; pemulihan ekonomi yang didukung oleh pembangunan pertanian, infrastruktur, dan energi; serta peningkatan kualitas pengelolaan sumber daya alam dan kapasitas penanganan perubahan iklim.
Dan alokasi anggaran dalam tahun 2010 diletakkan pada:
(i) belanja investasi, masih diprioritaskan seperti pada tahun 2009 untuk mendukung kegiatan ekonomi nasional;
(ii) bantuan sosial masih tetap menjadi program prioritas dan dialokasi juga seperti tahun 2009, terutama menyediakan pelayanan dasar kepada masyarakat di bidang kesehatan (Jamkesmas) dan pendidikan (BOS, beasiswa), pemberdayaan masyarakat (PNPM), Pangan (Raskin), Program Keluarga Harapan (PKH)
(iii) Fokus memprioritaskan alokasi anggaran untuk TNI yaitu mengenai Pemeliharaan dan Pengadaan Alutsista, dengan mengupayakan alokasi anggaran untuk TNI dapat mencapai tingkat minimum essensial force.
(iv) Seperti program 2009 kemarin juga, yaitu penyediaan subsidi masih tetap diprioritaskan untuk menjaga stabilitas harga barang dan jasa untuk hidup masyarakat, mendukung peningkatan produktivitas dan revitalisasi pertanian, meningkatkan pelayanan publik (PSO) dan mendorong pengembangan energi alternatif non-BBM.
(v) Dalam rangka penyempurnaan sistem penganggaran tahun 2010 akan dilaksanakan Kerangka Pengeluaran Jangka menengah (KPJM) khususnya di 6 K/L sebagai pilo project yaitu anatara lain DPU, Deptan, Depdiknas, Depkes, Depkeu, dan Bappenas.
Berdasarkan kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal tahun 2010, maka postur dalam RAPBN 2010 meliputi pokok-pokok besaran sebagai berikut:
a. Pendapatan Negara dan Hibah
Diperkirakan sebesar Rp 871,9 triliun mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Hal ini juga diiukuti penurunan penerimaan perpajakan dan penerimaan negara bukan pajak yang masing- masing sebesar Rp 717,1 triliun dan Rp 153,4 triliun. Sedangkan untuk hibah sebesar Rp 1,4 triliun.
Selama satu dasawarsa terakhir, rata-rata pajak mampu memberikan kontribusi lebih dari 50%, menggeser dominasi penerimaan negara dari sektor migas. Besarnya kontribusi pajak ini memberikan sinyal bahwa peranan pajak semakin penting dan sustainable bagi sumber pembiayaan belanja negara. Pajak Penghasilan (PPh) merupakan jenis pajak yang memberikan kontribusi terbesar dalam penerimaan perpajakan. Sampai dengan juni 2008, laporan semester I 2008 menuangkan bahwa realisasi penerimaan PPh mencapai Rp 164 milyar (53,3%) dari total penerimaan perpajakan dan sebagaian besar penerimaan PPh tersebut berasal dari PPh non migas hingga mencapai 79,1%.
Peningkatan penerimaan PPh nonmigas dalam semester I 2008 tersebut terutama disebabkan oleh adanya booming pada komoditi tertentu, yang pada gilirannya meningkatkan penerimaan PPh pasal 25/29 Badan, sebagai contoh adalah booming kelapa sawit yang sebagian besar disumbangkan oleh Sumatera Utara danintensifikasi dan ekstensifikasi PPh. Dilihat secara per jenis PPh, realisasi PPh non migas sebagian besar berasal dari PPh pasal 25/29 Badan yang hingga mencapai Rp 62,3 milyar (48,1% dari total penerimaan PP non migas). Dan tiga sektor utama yang mempengaruhi PPh nonmigas adalah sektor industri pengolahan, sektor keuangan, dan jasa perusahaan, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran.
Perkiraan penerimaan perpajakan pada tahun 2010 secara nominal mengalami penurunan, rasio terhadap PDB juga mengalami penurunan dari 14,1% di tahun 2009 menjadi 12% untuk tahun 2010. Hal tersebut antara lain salah satunya dipengaruhi oleh beberapa kebijakan yang ditelorkan oleh pemerintah mengenai stimulus fiskal berupa penurunan tarif PPh Badan menjadi 25% sesuai yang diamanatkan dalam amandemen UU PPh dan kebijakan pajak ditanggung pemerintah (DTP) untuk beberapa kegiatan tertentu yang mendukung kegiatan ekonomi dalam negeri.
b. Belanja Negara
Anggaran belanja non-K/L juga dikenal sebagai bagian anggaran pembiayaan dan perhitungan (APP), terdiri dari belanja pegawai, pembayaran bunga utang, subsidi dan belanja lain-lain. Dalam proyeksi tahun 2010, volume anggaran belanja negara ditetapkan mencapai Rp 949,1 triliun mengalami perkiraan penurunan dari tahun 2009 sebesar Rp 1.037,1 triliun. Diikuti juga dengan penurunan rasio yang dipengaruhi dengan penurunan belanja pemerintah pusat dan transfer ke daerah yang masing-masing sebesar Rp 661,4 triliun dan Rp 287,7 triliun.
Transfer ke Daerah
Terkait dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) tentang penyaluran anggaran transfer ke daerah, proyeksi tahun 2010 mencapai Rp 287,7 triliun dan mengalami penurunan dibandingkan tahun 2009 yang sebesar Rp 329,7 triliun. Berdasarkan laporan semester I 2008, mengalami daya serap yang rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini sejalan dengan penyempurnaan pola penyaluran dana transfer ke daerah mulai tahun anggaran 2008 khususnya pola penyaluran DAU. Dana perimbangan terdiri dari Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, dan dana Alokasi khusus. Untuk penyaluran direncanakan sebesar 26% dari penerimaan dalam negeri (PDN).